Jumat, 15 November 2013

3. Tabel Periodik

3.1. Perkembangan Tabel Periodik

Sejarah Perkembangan Sistem Periodik Unsur
Penyusunan sistem periodik unsur telah mengalami banyak penyempurnaan. Mulai dari Antoine Lavosier, J. Newslands, O. Mendeleev hingga Henry Moseley.

1. Pengelompokan Unsur Menurut Lavoisier
Pada 1789, Antoine Lavoiser mengelompokan 33 unsur kimia. Pengelompokan unsur tersebut berdasarka sifat kimianya. Unsur-unsur kimia di bagi menjadi empat kelompok. Yaitu gas, tanah, logam dan non logam. Pengelompokan ini masih terlalu umum karena ternyata dalam kelompok unsur logam masih terdapat berbagai unsur yang memiliki sifat berbeda.
Unsur gas yang di kelompokan oleh Lavoisier adalah cahaya, kalor, oksigen, azote ( nitrogen ), dan hidrogen. Unsur-unsur yang etrgolong logam adalah sulfur, fosfor, karbon, asam klorida, asam flourida, dan asam borak. Adapun unsur-unsur logam adalah antimon,perak, arsenik, bismuth. Kobalt, tembaga, timah, nesi, mangan, raksa, molibdenum, nikel, emas, platina, tobel, tungsten, dan seng. Adapun yang tergolong unsur tanah adalah kapur, magnesium oksida, barium oksida, aluminium oksida, dan silikon oksida.
Kelemahan dari teori Lavoisior : Penglompokan masih terlalu umum
kelebihan dari teori Lavoisior : Sudah mengelompokan 33 unsur yang ada berdasarka sifat kimia sehingga bisa di jadikan referensi bagi ilmuan-ilmuan setelahnya.
2. Pengelompokan unsur menurut J.W. Dobereiner
Pada tahun 1829, J.W. Dobereiner seorang profesor kimia dari Jerman mengelompokan unsur-unsur berdasarkan kemiripan sifat-sifatnya.
Ia mengemukakan bahwa massa atom relatif strontium sangat dekat dengan masa rata-rata dari dua unsur lain yang mirip dengan strantium, yaitu kalsiium dan barium. Dobereiner juga mengemukakan beberapa kelompok unsur lain seperti itu. Unsur pembentuk garam dan massa atomnya, yaitu c1 = 35,5 Br = 80, dsn I = 127. unsur pembentuk alkali dan massa atomnya. Yaitu Li = 7, Na = 23dan K = 39.
Dari pengelompokan unsur-unsur tersebut, terdapat suatu keteraturan. Setiap tiga unsur yang sifatnya mirip massa atom ( A r ) unsur yang kedua (tengah) merupakan massa atom rata-rata dari massa atom unsur pertama dan ketiga.
Oleh karena itu, Dobereiner mengambil kesimpulan bahwa unsur-unsur dapat di kelompokan ke dalam kelompok-kelompok tiga unsur yang di sebut triade.
Triade
A r
Rata-Rata A r unsur pertama dan ketiga
Kalsium
Stronsium
Bariuim
40
88
137
(40 + 137) = 88,
2
Kelemahan dari teori ini adalah pengelompokan unsur ini kurang efisian dengan adanya beberapa unsur lain dan tidak termasuk dalam kelompok triad padahal sifatnya sama dengan unsur dalam kelompok triefd tersebut.
Kelebihan dari teori ini adalah adanya keteraturan setiap unsure yang sifatnya mirip massaAtom (Ar) unsure yang kedua (tengah) merupakan massa atom rata-rata di massa atom unsure pertama dan ketiga.
3. Hukum Oktaf Newlands
J. Newlands merupakan orang pertama yang mengelompokan unsur-unsur berdasarkan kenaikanmassa atom relatif. Newlands mengumumkan penemuanya yang di sebut hukum oktaf.
Ia menyatakan bahwa sifat-sifat unsur berubah secara teratur.. Unsur pertama mirip dengan unsur kedelapan, unsur kedua mirip dengan unsur kesembilan, dan seterusnya. Daftar unsur yang disusun oleh Newlands berdasarkan hukum oktaf diberikan pada tabel 1.1
Di sebut hokum Oktaf karena beliau mendapati bahwa sifat-sifat yang sama berulang pada setiap unsure ke delapan dalam susunan selanjutnya dan pola ini menyurapi oktaf music.
Tabel 1.1 Daftar oktaf Newlands
1. H
2. Li
3. Be
4. B
5. C
6. N
7. O
8. F
9. Na
10. MG
11. Al
12. Si
13. P
14. S
15. Cl
16. K
17. Ca
18. Ti
19. Cr
20. Mn
21. Fe
22.Co&Nl
23. Cu
24. Zn
25. Y
26. ln
27. As
28. Se
29. Br
30. Cu
31. Sr
32. Sr
33. Zr
34. Bi & Mo
35. Po &

Hukum oktaf newlands ternyata hanya berlaku untuk unsur-unsur ringan. Jika diteruskan, teryata kemiripan sifat terlalu dipaksakan. Misalnya, Ti mempunya sifat yang cukup berbeda dengan Al maupun B.
Kelemahan dari teori ini adalah dalam kenyataanya mesih di ketemukan beberapa oktaf yang isinya lebih dari delapan unsur. Dan penggolonganya ini tidak cocok untuk unsur yang massa atomnya sangat besar.
4. Sistem periodik Mendeleev
Pada tahun 1869 seorang sarjana asal rusia bernama Dmitri Ivanovich mendeleev, berdasarkan pengamata terhadap 63 unsur yang sudah dikenal ketika itu, menyimpulkan bahwa sifat-sifat unsur adalah fungsi periodik dari massa atom relatifnya. Artinya, jika unsur-unsur disusunmenurut kenaikan massa atom relatifnya, maka sifat tertentu akan berulang secara periodik. Mendeleev menempatkan unsur-unsur yang mempunyai kemiripan sifat dalam satu lajur vertikal yang disebut golongan. Lajur-lajur horizontal, yaitu lajur unsur-unsur berdasarkan kenaikan massa atom relatifnya, disebut priode daftar periodik Mendeleev yang dipublikasikan tahun 1872. Gambar Tabel daftar periodik Mendeleyev dapat diklik disini
Sebagaimana dapat dilihat pada gambar di atas, Mendeleev mengkosongkan beberapa tempat. Hal itu dilakukan untuk menetapkan kemiripan sifat dalam golongan. Sebagai contoh, Mendelev menempatkan Ti (Ar = 48 ) pada golongan IV dan membiarkan golongan III kosong karena Ti lebih mirip dengan C dan Si, dari pada dengan B dan Al. Mendeleev meramalkan dari sifat unsur yang belum di kenal itu. Perkiraan tersebut didasarkan pada sifat unsurlain yang sudah dikenal, yang letaknya berdampingan baik secara mendatar maupun secara tegak. Ketika unsur yang diramalkan itu ditemukan, teryata sifatnya sangat sesuai dengan ramalan mendeleev. Salah satu contoh adalah germanium ( Ge ) yang ditemukan pada tahun 1886, yang oleh Mendeleev dinamai ekasilikon.
Kelemahan dari teori ini adalah masih terdapat unsur-unsur yang massanya lebih besar letaknya di depan unsur yang massanya lebih kecil. Co : Telurium (te) = 128 di kiriIodin (I)= 127. hal ini dikarenakan unsur yang mempunyai kemirpan sifat diletakkan dalam satu golongan. Kelemahan dari teori ini adalah pemebetulanmassa atom. Sebelumnya massa atom. Sebelumnya massa atom In = 76 menjadi 113. selain itu Be, dari 13,5 menjadi 9. U dari 120 menjadi 240 . selain itu kelebihannya adalah peramalan unsur baru yakni meramalkan unsur beseerta sifat-sifatnya.

5. Sistem Periodik Modern dari Henry G. Moseley
Pada awal abad 20, pengetahuan kita terhadap atom mengalami perkembangan yang sangat mendasar.Para ahli menemukan bahwa atom bukanlah suatu partikel yang tak terbagi melainkan terdiri dari partikel yang lebih kecil yang di sebut partikel dasar atau partikel subatom. Kini atom di yakini terdiri atas tiga jenis partikeldasar yaitu proton, elektron, dan neuron. Jumlah proton merupakan sifat khas dari unsur, artinya setiap unsur mempunyai jumlah proton tertentu yang berbeda dari unsur lainya. Jumlah proton dalam satu atom ini disebut nomor atom. pada 1913, seorang kimiawan inggris bernama Henry Moseley melakukan eksperimen pengukuran panjang gelombang unsur menggunakan sinar-X.
Berdasarkan hasil eksperimenya tersebut, diperolehkesimpulan bahwasifat dasar atom bukan didasari oleh massa atom relative, melainkan berdasarkan kenaikan jumlah proton. Ha tersebut diakibatkan adanya unsur-unsur yang memiliki massa atom berbeda, tetapi memiliki jumlah proton sama atau disebut isotop.
Kenaikan jumlah proton ini mencerminkan kenaikan nonor atom unsur tersebut. Pengelompokan unsur-unsur sisitem periodik modern merupakan penyempurnaan hukum periodik Mendeleev, yang di sebut juga sistem periodik bentuk panjang.
Sistem periodik modern disusun berdasarkan kebaikan nomor atom dan kemiripan sifat. Lajur-lajur horizontal, yang disebut periode disusun berdasarkan kenaikan nomor atom ; sedangkan lajur-lajur vertikal, yang disebut golongan, disusun berdasarkan kemiripan sifat. Sistem periodik modern terdriri atas 7 periode dan 8 golongan. Setiap golongan dibagi lagi menjadi 8 golongan A( IA-VIIIA ) dan 8 golongan B (IB – VIIIB).
Unsur-unsur golongan A disebut golongan utama, sedangkan golongan B disebut golongan transisi. Golongan-golongan juga dapat ditandai dengn bilangan 1 sampai dengan 18 secara berurutan dari kiri ke kanan. Dengan cara ini maka unsur transisi terletak pada golongan 3 sampai golongan 12. Pada periode 6 dan 7 terdapat masing-masing 14 unsur yang disebut unsur-unsur transisi dalam, yaitu unsur-unsur antanida dan aktinida. Unsur-unsur transisi dalam semua termasuk golongan IIIB. Unsur-unsur lantanida pada periode 6 golongan IIIB, dan unsur-unsur aktinida pada periode 7 golongan IIIB. Penempatan unsur-unsur tersebut di bagian bawah tabel periodik adalah untuk alasan teknis, sehingga daftr tidak terlalu panjang.


SISTEM PERIODIK UNSUR
Sampai saat ini sudah ditemukan 115 macam unsur dengan sifat-sifat yang khas untuk setiap unsur. Jika unsur-unsur itu tidak diorganisir secara tepat, maka akan mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi dan mempelajari unsur-unsur. Oleh karena itu, sejak dulu ada upaya menggolongkan unsur berdasarkan sifat yang diamatinya. Sifat yang mirip dari berbagai unsur dihimpun ke dalam satu kelompok, sedangkan sifat yang beda dipisahkan dan dikelompokkan ke dalam himpunan yang lain.
Pertama kali pengelompokkan unsur-unsur didasarkan pada sifat logam, bukan logam, dan semi logam (metalloid), kemudian pengelompokkan didasarakan pada massa atom, yang pada waktu itu sudah diketahui. Dengan diketahuinya bahwa nomor atom merupakan sifat khas unsur (temuan Moseley), pengorganisasian unsur disusun berdasarkan urutan nomor atom dalam bentuk periode panjang.
Orang pertama yang menyusun tabel periodik unsur adalah johan W. Dobereiner. Susunannya didasarkan pada massa atom yang didasarkan pada teori atom Dalton. Menurut Dalton, massa atom merupaka sifat khas yang membedakan suatu unsur dengan unsur-unsur lain. Dengan demikian, terhadap hubungan antara massa atom dan sifat-sifat atom unsur.
Menurut Dobereiner, jika massa atom unsur A ditambah massa atom unsur B kemudian dirata-ratakan menghasilkan massa atom unsur tertentu, maka ketiga unsur tersebut akan memilikia sifat yang mirip. Ketiga unsur ini dinamakan triade. Contoh, jika massa atom klorin (35) ditambahkan massa atom iodin (127) kemudian dirata-ratakan, hasilnya akan sama dengan massa atom bromium (80), sehingga ketiga unsur tersebut akan memiliki sifat yang mirip, baik sifat fisik, maupun sifat kimianya.
Pada perkembangan selanjutnya, john Newland menemukan hubungan antara sifat unsur dan massa atom dengan cara lain, yaitu jika unsur-unsur dideretkan menurut kenaikan massa atomnya, maka unsur yang kedelapan akan memiliki sifat mirip dengan unsur yang pertama. Deretan unsur ini dinamakan Hukum Oktaf. Namun demikian , dengan bertambahnya jumlah unsur yang ditemukan, terdapat beberapa unsur yang tidak sesuai dengan hukum oktaf. Misalnya, Cr tidak mirip dengan Al; Mn tidak mirip dengan P; dan Fe tidak mirip dengan S.
Dalam waktu hampir bersamaan, Lothar Meyer dan Mendeleyev menemukan hubungan massa atom dan sifat unsur secara lebih umum. Meyer mempelajari sifat berkala unsur berdasarkan pada volume atom yang diperoleh dari massa jenis atom. Jika volume atom dialurkan terhadap massa atom akan dioeroleh suatu kurva. Unsur-unsur yang terletak pada titik-titik kurva memiliki sifat yang hampir mirip. Lain halnya dengan Mendeleyev, dia menyusun tabel periodik unsur berdasarkan sifat kimia dan fisika dan diurutkan berdasarkan massa atom sama seperti para pendahulunya. Keunggulan Mendeleyev adalah kemampuan memprediksi sifat-sifat unsur yang belum ditemukan pada waktu itu.[1]
A.    Sistem Periodik Modern
Sistem periodik modern adalah suatu daftar unsur-unsur yang disusun dengan aturan tertentu. Semua unsur yang sudah dikenal ada dalam daftar tersebut.
Sistem periodik modern disusun berdasarkan hukum periodik modern yang menyatakan bahwa sifat-sifat unsur merupakan fungsi periodik dari nomor atomnya. Artinya, jika unsur-unsur disusun berdasarkan kenaikan nomor atomnya, maka sifat-sifat tertentu akan berulang secara periodik. Itulah sebabnya tabel tersebut dimulai dengan hidrogen, sebab hidrogen mempunyai nomor atom 1. Hidrogen diikuti  oleh unsur nomor atom 2, yaitu Helium. Unsur dengan nomor atom berikutnya, yaitu litium, menunjukkan kemiripan sifat dengan dengan hidrogen sehingga ditempatkan di bawah hidrogen. Berilium dan lima unsur berikutnya tidak ada yang menunjukkan kemiripan sifat dengan helium, jadi diurutkan saja dalam satu baris. Unsur nomor atom 11 ternyata kembali menunjukkan kemiripan sifat dengan litium sehingga ditempatkan di bawahnya, memulainya baris berikutnya. Demikian seterusnya, sifat-sifat tertentu berulang secara periodik. Itu pula sebabnya tabel unsur-unsur tersebut dinamai Tabel Periodik.
1.      Periode
Lajur-lajur horizontal dalam sistem periodik disebut Periode. Sistem periodik modern terdiri atas 7 periode. Jumlah unsur pada setiap periode sebagai berikut.

Periode
JumlahUnsur
Nomor Atom

1
2
3
4
5
6
7
2
8
8
18
18
32
32
1 – 2
3 – 10
11 -18
19 – 36
37 – 54
55 – 86
87 – 118


2.      Golongan
Kolom-kolom vertikal dalam sistem periodik disebut golongan. Penempatan unsur dalam golongan berdasarkan kemiripan sifat. Sistem periodik modern terdiri atas 18 kolom vertikal. Ada  dua cara penamaan golongan, yaitu:
a.       Sistem 8 Golongan
Menurut cara isi, sistem periodik dibagi menjadi 8 golongan yang masing-masing terdiri atas golongan utama (golongan A) dan golongan tambahan (golongan B). Unsur-unsur golongan B di sebut juga Unsur transisi. Nomor Golongan ditulis dengan angka Romawi. Golongan-golongan B terletak antara golongan IIA dan IIIA. Golongan VIIIB terdirti atas 3 kolom vertikal.
b.      Sistem 18 golongan
Menurut cara ini, system periodic dibagi ke dalam 18 golongan, yaitu golongan 1 sampai dengan 18, dimulai dari kolom paling kiri. Unsur-unsur transisi terletak pada golongan 3-12.
Beberapa golongan unsur dalam sistem periodik mempunyai nama khusus, di antaranya:
1)      Golongan IA               :  Logam alkali (kecuali hidrogen)
2)      Golongan IIA              : Logam alkali tanah
3)      Golongan VIIA          : halogen
4)      Golongan VIIIA         : gas mulia

3.      Unsur Transisi dan Transisi Dalam
a.         Unsur Transisi
Sebelumnya telah disebutkan bahwa unsur-unsur yang terletak pada golongan-golongann B, yaitu golongan IIIB hingga IIB (Ogolongan 3 sampai dengan 12) disebut unsur transisi atau unsur peralihan. Unsur-unsur tersebut merupakan peralihan dari golongan IIA ke golongan IIIA, yaitu unsur-unsur yang harus dialihkan hingga ditemukan unsur yang mempunyai kemiripan sifat dengan golongan IIIA.
b.      Unsur Transisi Dalam
Dua baris unsur yang ditempatkn di bagian bawah Tabel periodik disebut unsur Transisi dalam, yaitu terdiri dari:
1)      Lantanida, yang beranggotakan nomor atom 57 – 70 (14 unsur). Ke-14 unsur ini mempunyai sifat yang mirip dengan lantanium(La), sehingga disebut Lantanoida atau Lantanida.
2)      Aktinida, yang beranggotakan nomor atom 89 – 102 (14 unsur).ke-14 unsur  ini sangat mirip dengan actinium, sehingga disebut aktinoida atau aktinida.
Semua unsur transisi dalam sebenarnya menempati golongan IIIB, yaitu lantanida pada periode keenam dan aktinida pada periode ketujuh. Jadi, golongan IIIB periode keenam dan periode ketujuh, masing-masing berisi 15 unsur. Unsur-Unsur transisi dalam memiliki sifat-sifat yang sangat bermiripan sehingga ditempatkan dalam satu kotak.
4.         Hubungan Konfigurasi Elektron dengan sistem periodik
Sistem periodik disusun berdasarkan pengamatan terhadap sifat-sifat unsur. para ahli menemukan bahwa sifat-sifat unsur bergantung pada konfigurasi elektronnya. Kemiripan sifat di antara unsur-unsur segolongan terjadi karena unsur-unsur tersebut mempunyai elektron valensi yang sama. Sebagai contoh, Perhatikanlah konfigurasi elekron unsur-unsur golongan IA berikut:





a.         Hubungan antara letak unsur dalam sistem periodik dengan konfigurasi elektronnya dapat disimpulkan sebagai berikut.
1)      Nomor periode sama dengan jumlah kulit.
2)      Nomor golongan sama dengan elektron valensi.
Berdasarkan hubungan tersebut, maka letak unsur dalam sistem periodik dapat ditentukan berdasarkan konfigurasi elektornnya.[2]


B.     Perkembangan Dasar Pengelompokan Unsur
Pada tahun 1786, baru dikenal 20 unsur dan pada tahun 1870 sebanyak 60 unsur, sedangkan kini sudah lebih dari 100 unsur. Penyelidikan menunjukkan beberapa unsur memiliki sifat yang mirip. Oleh sebab itu, ada upaya untuk menggolongkan unsur berdasarkan sifatnya. Pada mulanya penggolongan itu didasarkan pada massa atom relatif, seperti yang dikemukakan Dobereiner, Newland, dan Mendeleyev.
1.      Triad Dobereiner
Pada tahun 1817, Johan D. Dobereiner mencari hubungan antara massa atom relatif unsur dengan sifat – sifatnya. Ia menemukan beberapa kelompok unsur yang memiliki sifat yang mirip, contohnya:
Litium                  Kalsium                       Klor
Natrium                Stronsium                    Brom
Kalium                 Borium                        Iod
Kelompok tiga unsur ini disebut triad. Dobereiner menemukan suatu hukum:
Suatu triad adalah tiga unsur yang disusun berdasarkan kenaikan massa atom relatif (Ar), sehingga Ar unsur kedua kira – kira sama dengan rata – rata Ar unsur pertama dan ketiga.
2.      Hukum Oktaf Newland
Pada tahun 1865, John Newland mendapatkan hubungan antara sifat dan unsur dengan massa atom relatifnya, yaitu sebagai berikut:
Jika unsur disusun berdasarkan kenaikan massa atom relatifnya, maka pada unsur yang kedelapan sifatnya mirip dengan unsur yang pertama, dan unsur kesembilan dengan unsur yang kedua, dan seterusnya.[3]
Kelemahannya adalah bahwa pengulangan tiap delapan unsur itu hanya sesuai untuk unsur – unsur yang mempunyai massa atom kecil.
Penggolongan unsur menurut cara Newland.


Hubungan ini oleh Newland disebut dengan oktaf, karena kemiripan sifat unsur terjadi setelah hitungan kedelapan.
3.      Sistem Periodik Mendeleyev
      Mendeleyev menemukan hubungan antara sifat unsur dengan massa atom relatifnya. Hubungan itu disebut hukum periodik yang berbunyi:
Sifat unsur merupakan fungsi periodik dari massa atom relatifnya.
Atau
Sifat unsur x = f(ArX)
Pada tahun 1869, Mendeleyev berhasil menyusun daftar unsur yang disebut sistem periodik Mendeleyev. Ia membagi unsur atas 8 golongan dan 12 periode sehingga unsur dalam satu golongan mempunyai sifat yang mirip.
Kelebihan sistem periodik mendeleyev:
a.    Sifat kimia dan fisika dalam satu golongan mirip dan berubah secara teratur
b.    Valensi tertinggi suatu unsur sama dengan nomor golongannya
c.    Dapat meramalkan sifat unsur yang belum ditemukan waktu itu dan telah mempunyai tempat yang kosong.

Kekurangan sistem periodik mendeleyev:
a.    Panjang periodik tidak sama dan sebabnya tidak dijelaskan
b.    Beberapa unsur tidak disusun berdasarkan kenaikan Ar-nya
c.    Selisih massa unsur yang berurutan tidak selalu 2, tetapi berkissaran 1 dan 4 sehingga sukar meramalkan massa unsur yang belum diketahui secara tepat
d.   Valensi unsur yang lebih dari satu sulit diramalkan dari golongannya
e.    Anomali (penyimpangan) unsur hidrogen dari yang lain tidak dijelaskan.


4.         Sifat periodik Mendeleyev versi modern
Setelah Mendeleyev (pada tahun 1915) berhasil menemukan nomor atom, para ahli mencoba melihat hubungan sifat unsur dengan nomor atom tersebut. Penyelidikan akhirnya menunjukkan bahwa hubungan antara nomor atom dengan volume, titik lebur, energi ionisasi dan jari – jari atom. Berdasarkan fakta di atas hukum periodik Mendeleyev harus diperbaiki menjadi hukum periodik versi modern.
Sifat unsur merupakan fungsi periodik dari nomor atomnya.
Atau
Sifat unsur X = f (nomor atom unsur X).
Kemudian disusun sistem periodik baru yang didasarkan kenaikan nomor atom dan kemiripan sifat unsur. Dalam sistem ini unsur dibagi atas 8 golongan dan 7 perioda. Perioda ada yang pendek (1, 2, 3) dan yang panjang (4, 5, 6 dan 7). Disamping itu juga dikenal golongan lantanida dan aktinida.[6]

3.2.  Sifat Periodik Unsur
Sistem periodik unsur modern disusun berdasarkan kenaikan nomor atom dan kemiripan sifat. Lajur horizontal, yang selanjutnya disebut periode, disusun menurut kenaikan nomor atom, sedangkan lajur vertikal, yang selanjutnya disebut golongan, disusun menurut kemiripan sifat.
Unsur segolongan bukannya mempunyai sifat yang sama, melainkan mempunyai kemiripan sifat. Setiap unsur memiliki sifat khas yang membedakannya dari unsur lainnya. Unsur-unsur dalam sistem periodik dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu unsur-unsur yang menempati golongan A yang disebut unsur golongan utama, dan unsur-unsur yang menempati golongan B yang disebut unsur transisi.
Sistem periodik unsur modern yang disebut juga sistem periodik bentuk panjang, terdiri atas 7 periode dan 8 golongan. Periode 1, 2, dan 3 disebut periode pendek karena berisi sedikit unsur, sedangkan periode lainnya disebut periode panjang. Golongan terbagi atas golongan A dan golongan B. Unsur-unsur golongan A disebut golongan utama, sedangkan golongan B disebut golongan transisi. Golongan-golongan B terletak antara golongan IIA dan IIIA. Golongan B mulai terdapat pada periode 4.Dalam sistem periodik unsur yang terbaru, golongan ditandai dengan golongan 1 sampai dengan golongan 18 secara berurutan dari kiri ke kanan. Dengan cara ini, maka unsur transisi terletak pada golongan 3 sampai dengan golongan 12.[7]
Berikut sifat-sifat sistem periodik unsur.


1.      Jari-Jari Atom
Jari-jari atom adalah jarak inti atom sampai kulit terluar. Sifat-sifat periodik unsur berdasarkan jari-jari atomnya sebagai berikut.
a.       Unsur segolongan dalam tabel sistem periodik, semakin ke bawah, jumlah kulitnya semakin banyak, sehingga jari-jari atom akan semakin besar.
b.      Jari-jari atom unsur-unsur seperiode dalam tabel sistem periodik, semakin ke kanan semakin kecil. Hal ini terjadi karena jumlah elektron semakin ke kanan semakin banyak yang menyebabkan gaya tarik elektron semakin kuat.[8]
Jari-jari atom adalah setengah jarak inti dua atom yang sama dalam ikatan tunggal. Jari-jari atom unsur logam diukur dari jarak dua atom kristal padatnya, sedangkan unsur non logam dari panjang ikatan kovalen tunggal.
Dalam suatu golongan, unsur mempunyaielektron valensi sama, tetapi jumlah kulitnya bertambah dari atas ke bawah. Akibatnya, jari-jari atom bertambah dari atas ke bawah, contohnya Na (1,90) dan KI(2,35).[9]

2.      Energi Ionisasi
Energi ionisasi (energy ionization) adalah energi minimum yang diperlukan untuk melepaskan satu elektron dari atom berwujud gas pada keadaan dasarnya. Besarnya energi ionisasi merupakan ukuran usaha yang diperlukan untuk memaksa satu atom untuk melepaskan elektronnya, atau bagaimana “eratnya” elektron terikat dalam atom. Makin besar energi ionisasi, makin sukar untuk melepaskan elektronnya.[10]
Sifat-sifat periodik unsur berdasarkan energi ionisasinya sebagai berikut.
a.       Unsur dalam satu golongan, semakin ke bawah energi ionisasinya akan semakin kecil. Hal ini terjadi karena semakin ke bawah, gaya tarik inti semakin lemah, sehingga eletron akan mudah lepas.
b.      Energi ionisasi unsur dalam satu periode, semkain ke kanan akan semakin besar, kecuali energi ionisasi sebagai berikut.
-          Unsur-unsur yang berada dalam satu golongan IIA lebih besar daripada unsur golongan IIIA yang berada dikanannya.
-          Unsur-unsur yang berada dalam golongan VA lebih besar daripada unsur golongan VIA yang berada di kanannya.[11]
Berdasarkan hukum coloumb, daya tarik inti atom terhadap elektronnya (F) berbanding terbalik dengan jarak (r) pangkat dua   .
Bila jarak itu makin kecil maka daya tarik makin besar. Akibatnya energi ionisasi makin besar. Sebaliknya, bila jarak makin besar maka daya tarik makin kecil. Dari kepriodikan telah diketahui bahwa dalam satu perioda, jari-jari berkurang dari kiri ke kanan. Sudah tentu energi ionisasi pertama bertambah dari kiri ke kanan. Demikian pula dalam satu golongan, energi ionisasi pertamanya akan bertambah dari bawah ke atas, karena jari-jari atomnya makin kecil.[12]
3.      Elektronegatif
Elektronegatif adalah kemampuan atom untuk menangkap elektron dari atom lain. Sifat-sifat periodik unsur berdasarkan elektronegatifnya sebagai berikut.
a.       Unsur-unsur dalam satu golongan, semakin ke bawah elektronegatifnya akan semakin kecil. Hal ini terjadi karena gaya tarik inti yang makin lemah, sehingga sukar menarik elektron dari luar.
b.      Unsur-unsur dalam satu periode, elektronegatifnya semakin ke kanan akan semakin besar. Hal ini terjadi karena gaya tarik inti yang makin kuat, sehingga mudah menarik elektron dari luar.[13]
Unsur dalam satu perioda mempunyai jari-jari atom makin kecil dari kiri ke kanan. Akibatnya, daya tarik inti terhadap elektron kulit terluar (termasuk pasangan elektron yang dipakai bersama) juga bertambah dari kiri kekanan. Keelektronegatifan unsur segolongan bertambah dari bawah ke atas juga karena pertambahan jari-jari atomnya.
Nilai keelektronegatifan berguna untuk menentukan kecenderungan pasangan elektron dalam ikatan. Jika perbedaannyabesar, pasangan itu cenderung ke atom yang keelektronegatifan nya lebih besar sehingga ikatan bersifat polar. Akan tetapi jika perbedaan itu kecil sekali, maka pasangan elektron berada ditengah dan tidak polar.[14]
4.      Sifat logam
Sifat-sifat unsur logam yang spesifik, antara lain : mengkilap, menghantarkan panas dan listrik, dapat ditempa menjadi lempengan tipis, serta dapat ditentangkan menjadi kawat / kabel panjang. Sifat-sifat logam tersebut diatas yang membedakan dengan unsur-unsur bukan logam. Sifat-sifat logam, dalam sistem periodik makin kebawah makin bertambah, dan makin ke kanan makin berkurang.
Batas unsur-unsur logam yang terletak di sebelah kiri dengan batas unsur-unsur bukan logam di sebelah kanan pada system periodic sering digambarkan dengan tangga diagonal bergaris tebal.
Unsur-unsur yang berada pada batas antara logam dengan bukan logam menunjukkan sifat ganda.[15]
Sifat-sifat periodik unsur berdasarkan sifat logamnya sebagai berikur.
-          Sifat logam pada unsur-unsur satu golongan pada tabel sistem periodik, semakin ke bawah semakin besar karena makin mudah melepaskan elektron (gaya tarik inti makin lemah).
-          Sebaliknya, dalam satu periode, semakin ke kanan sifat logamnya akan makin berkurang, karena makin sulit melepaskan elektron.[16]

5.      Reaktivitas
Reaktif artinya mudah bereaksi. Unsur-unsur logam pada system periodik, makin ke bawah makin reaktif, karena makin mudah melepaskan elektron. Unsur-unsur bukan logam pada sistem periodik, makin ke bawah makin kurang reakatif, karena makin sukar menangkap electron.
Kereaktifan suatu unsur bergantung pada kecenderungannya melepas atau menarik elektron. Jadi, unsur logam yang paling reatif adalah golongan VIIA (halogen). Dari kiri ke kanan dalam satu periode, mula-mula kereaktifan menurun kemudian bertambah hingga golongan VIIA. Golongan VIIA tidak rekatif.
6.      Afinitas Elektron
Afinitas elektron ialah energi yang dibebaskan atau yang diserap apabila suatu atom menerima elektron.
Jika ion negatif yeng terbentuk bersifat stabil, maka proses penyerapan elektron itu disertai pelepasan energi dan afinitas elektronnya dinyatakan dengan tanda negative. Akan tetapi jika ion negative yang terbentuk tidak stabil, maka proses penyerapan elektron akan membutuhkan energi dan afinitas elektronnya dinyatakan dengan tanda positif. Jadi, unsur yang mempunyai afinitas elektron bertanda negatif mempunyai kecenderungan lebih besar menyerap elektron daripada unsur yang afinitas elektronnya bertanda positif. Makin negative nilai afinitas elektron berarti makin besar kecenderungan menyerap elktron.
Dalam satu periode dari kiri ke kanan, jari-jari semkain kecil dan gaya tarik inti terhadap elektron semakin besar, maka atom semakin mudah menarik elektron dari luar sehingga afinitas elektron semakin besar.
Pada satu golongan dari atas ke bawah, jari-jari atom makin besar, sehingga gaya tarik inti terhadap elektron makin kecil, maka atom semakin sulit menarik elektron dari luar, sehingga afinitas elektron semakin kecil.[17]
D.    Beberapa Golongan Unsur Dalam Sistem Periodik
Unsur segolongan bukannya mempunyai sifat yang identik, melainkan hanya mirip.Unsur-unsur tersebut mungkin mempunyai sifat yang sama, tetapi kadarnya berbeda. Salah satu sifat unsur logam alkali (golongan IA), yaitu bereaksi dengan air. Akan tetapi, kecepatan reaksinya berbeda.Dari atas ke bawah, unsur-unsur itu bereaksi makin dahsyat.Satu hal yang harus disadari bahwa setiap unsur mempunyai sifat khas yang membedakannya dari unsur lainnya.Pengelompokan unsur dalam satu golongan dapat dibandingkan dengan pengelompokan makhluk hidup. Misalnya, keluarga kucing yang meliputi kucing rumah, harimau, dan singa. Setiap anggota keluarga itu berbeda satu dengan yang lain, tetapi jelas merupakan satu kelompok jika dibandingkan dengan keluarga lain, misalnya keluarga gajah. Untuk melihat kemiripan sifat diantara unsur segolongan, maka dilihat dari beberapa golongan berikut:
1.        Golongan IA (Logam Alkali)
Unsur-unsur golongan IA, yaitu lithium, natrium, kalium, rubidium dan cesium, kecuali hidrogen. Disebut logam alkali karena unsur tersebut membentuk basa yang larut dalam air. Semua logam alkali tergolong logam yang lunak (kira-kira sekeras karet penghapus, dapat diiris dengan pisau) dan ringan (massa jenis Li, Na, dan K kurang dari 1 g ).Kereaktifan logam alkali bertambah dari litium ke fransium. Logam alkali mempunyai 1 elektron valensi yang mudah lepas, sehingga merupakan kelompok logam yang paling aktif, dapat terbakar di udara, dan bereaksi hebat dengan air.[18]Dengan air, Na bereaksi hebat, K menyala dan Rb serta Cs bereaksi dengan menimbulkan ledakan; gumpalan besar Na juga bereaksi dengan ledakan. Li, Na dan K dapat ditangani di dalam air meskipun cepat menjadi panas. Yang lainnya harus ditangani dengan menggunakan argon. Dalam air raksa, Natrium dan logam-logam lainnya larut dengan hebatnya.
Senyawaan Unsur-Unsur Golongan I


a.       Senyawaan Biner
Logam-logam bereaksi langsung dengan sebagian unsur-unsur menghasilkan senyawaan biner atau aliasi. Sebagian besar diperikan untuk unsur yang tepat. Yang paling penting adalah oksida, diperoleh dengan pembakaran. Mereka dengan mudah terhidrolisis oleh air.
b.      Hidroksida
Hidroksidanya putih, merupakan padatan kristal NaOH yang menyerap air (titik leleh ) dan KOH (titik leleh ). Padatan dan larutan akuanya menyerap  dari atmosfer. Juga larutan secara bebas dan eksotermis dalam air dan dalam alkohol juga digunakan bilamana dibutuhkan basa alkali yang kuat.
c.       Garam-Garam Ionik
Garam-garam dari semua asam telah diketahui; biasanya tidak berwarna, berbentuk kristal, padatan ionik. Warna timbul dari anion-anion yang berwarna, kecuali bilamana kerusakan diinduksi dalam kisi, misalnya, dengan radiasi. Garam-garam logam alkali umumnya dicirikan oleh titik leleh yang tinggi, oleh hantaran listrik lelehannya, dan kemudahannya larut dalam air. Bagi garam-garam asam kuat, garam Li biasanya paling larut dalam air di antara garam-garam logam alkali, sedangkan bagi asam-asam lemah garam Li biasanya kurang larut daripada garam-garam unsur lainnya.[19]
2.        Golongan IIA (Logam Alkali Tanah)
Unsur-unsur golongan IIA terdiri dari: Berillium, Magnesium, Calsium, Stronsium, Barium, dan Radium. Unsur-unsur ini disebut logam alkali tanah karena dapat membentuk basa, tetapi senyawa-senyawanya kurang larut dalam air. Unsur alkali tanah umumnya ditemukan dalam bentuk senyawa berupa deposit (endapan) dalam tanah. Logam alkali tanah juga tergolong logam aktif, tetapi kereaktifannya kurang dibandingkan logam alkali seperiode, dan hanya akan terbakar di udara bila dipanaskan. Kecuali Berillium, logam alkali tanah larut dalam air membentuk basa.[20]
Senyawaan-Senyawaan Biner
Halida. Halida anhidrat dapat dibuat dengan dehidrasi dari garam hidrat. Halida-halida magnesium dan kalsium mudah menyerap air. Kemampuan untuk membentuk hidrat, seperti juga kelarutannya dalam air, menurun dengan naiknya ukuran, dan halida-halida Sr, Ba, dan Ra biasanya anhidrat.
Senyawaan lain. Logam-logam, seperti alkali, bereaksi dengan banyak unsur lain. Senyawaan seperti fosfida, silisida, atau sulfida sangat ionik dan terhidrolisis dalam air.
Garam Okso, Ion-Ion dan Kompleks
Semua unsurnya membentuk garam okso, garam okso Mg dan Ca seringkali terhidrat. Karbonat-karbonatnya semua agak tidak larut dalam air.
Dan hasil kali kelarutannya menurun dengan naiknya ukuran  digunakan dalam bubuk obat lambung untuk menyerap asam.
Hanya Mg dan Ca yang memperlihatkan kecendrungan yang dapat diterima untuk membentuk kompleks-kompleks dalam larutan, dengan beberapa perkecualian, ligannya adalah oksigen. Kompleks kelat oksigen, diantaranya yang terpenting adalah dengan jenis ligan etilendiamintetraasetat (EDTA), mudah terbentuk dalam larutan akua yang basa.[21]
3.        Golongan IIIA
Unsur-unsur golongan ini yaitu: aluminium, gallium, indium, dan thallium. Aluminium adalah unsur logam yang biasa dijumpai dalam kerak bumi dan terdapat dalam batuan seperti felspar dan mika. Gallium dan In terdapat hanya dalam runutan pada batuan Al dan Zn. Thallium, juga merupakan unsur yang jarang, diperoleh kembali dari debu asap yang berasal dari pemanggangan pyrit dan batuan sulfida lainnya. Unsur-unsurnya lebih bersifat logam daripada bor, dan kimiawi senyawaannya lebih ionik. Aluminium adalah logam yang keras, kuat, dan berwarna putih. Meskipun sangat elektropositif, ia bagaimanapun juga tahan terhadap korosi karena lapisan oksida yang kuat dan liat terbentuk pada permukaannya.
Gallium, indium, dan thallium bersifat lunak, putih dan merupakan logam yang cukup reaktif, nudah larut dalam asam.[22]
4.        Golongan IVA
Unsur-unsur ini terdiri dari: silikon, germanium, timah dan timbal. Silikon hanya yang kedua setelah oksigen dalam kelimpahannya di alam (kira-kira 28% dari kerak bumi) dan terdapat beragam dalam mineral silikat dan sebagai kuarsa. Germanium, timah, dan timbal adalah unsur-unsur yang jarang didapat. Kegunaan yang utama Ge, Sn, dan Pb adalah sebagai logam-logam, tetapi alkil-timah dan senyawaan timbaldibuat dalam skala besar. Silikon dan Ge digunakan sebagai semikonduktor, khususnya dalam transistor. Silikon biasanya agak kurang reaktif. Germanium agak lebih reaktif daripada silikon. Timah dan timbal diperolehdengan reduksi oksida atau sulfidanya dengan karbon. Timah dan timbal melarut dalam beberapa asam, dan dapat diserang secara cepat oleh halogen.[23]


5.      Golongan VA
Unsur-unsur ini terdiri dari: fosfor, arsen, antimon dan bismuth. Fosfor terutama berada dalam mineral keluarga apatit. Arsen, Sb, dan Bi, terutama terdapat sebagai mineral sulfida. Fosfor benar-benar bukan bersifat logam dalam kimiawinya, namun As, Sb, dan Bi memperlihatkan suatu kenaikan kecenderungan sifat logam dan prilaku sebagai kation. Fosfor diperoleh melalui reaksi batuan fosfat dengan batu- bara dan pasir dalam suatu pembakar listrik. Arsen, Sb, dan Bi diperoleh sebagai logamnya melalui reduksi oksidanya dengan karbon dan hidrogen. Logamnya terbakar pada pemanasan dalam oksigen menghasilkan oksida.[24]
6.      Golongan VIA
Unsur-unsur ini terdiri dari: sulfur, selenium, tellurium, dan polonium. Unsur-unsur ini ada kemiripan yang sangat kecil dengan kimiawi oksigen, alasannya adalah:
a.         Sulfur, Se, Te, dan Po mempunyai keelektronegatifan yang lebih rendah daripada oksigen, yang berarti bahwa senyawaannya mempunyai sifat kurang ionik.
b.        Bagi sulfur khususnya, terdapat ikatan ganda.
c.         Valensinya tidak terbatas pada 2.
d.        Sulfur mempunyai kecendrungan kuat untuk katenasi.
Sulfur terdapat secara luas di alam sebagai unsur, dalam bijih sulfida, dan sebagai sulfat. Selenium dan tellurium kelimpahannya lebih sedikit namun lebih sering terdapat sebagai mineral selenida dan tellurida dalam bijih sulfida. Polonium terdapat dalam mineral U dan Th sebagai produk rangkaian peluruhan radioaktif.[25]
7.      Golongan VIIa (Halogen)
Unsur-unsur golongan VIIA merupakan kelompok unsur nonlogam yang sangat reaktif. Semua unsur haloen bereaksi dengan tipe yang sama, walaupun kereaktifannya berbeda. Halogen dengan logam membentuk senyawa yang kita sebut garam. Contohnya NaF, NaCl, NaBr, dan NaI. Oleh karena itu pula, unsur golongan VIIA disebut halogen yang artinya pembentuk garam. Kereaktifan unsur halogen berkurang dari F ke I. Semua unsur halogen (golongan VIIA) berupa molekul diatomik( ), berwarna, dan bersifat racun. Fluorin berwarna kuning muda, klorin berwarna hijau muda, bromin berwarna merah, dan uap iodin berwarna ungu (iodin padat berwarna hitam).[26]
Fluor terdapat secara meluas, misalnya sebagai , fluorspar, kryolit, dan lain-lain. Ia lebih melimpah daripada klor. Fluor paling reaktif secara
Kimia dari sekalian unsur, dan segera bergabung pada suhu biasa atau suhu tinggi dengan semua unsur selain ,He, Ne, dan Kr, seringkali dengan sangat kuat.
Klor terdapat sebagai NaCl, KCl, Mg  dan sebagainya dalam air laut, danau bergaram, dan sebagai deposit yang berasal dari penguapan prasejarah danau bergaram. Klor adalah gas yang kehijauan. Ia melarut sedang dalam air, sambil bereaksi.
Brom terdapat sebagai bromida, dalam jumlah yang jauh lebih kecil bersama klorida. Brom adalah cairan kental, mudah bergerak, berwarna merah tua pada suhu kamar. Ia melarut sedang dalam air, dan dapat bercampur dengan pelarut nonpolar seperti  .
Iod terdapat sebagai ioda dalam air laut, dan sebagai iodat dalam garam Chili (Guano). Iod adalah padatan hitam dengan sedikit kilap logam. Pada tekanan atmosferia menyublim tanpa meleleh.[27]
8.      Golongan VIIIA (Gas Mulia)
Unsur-unsur golonan VIIIA, yaitu helium, neon, argon, kripton, xenon, dan radon, disebut gas mulia karena semuanya berupa gas yang sangat stabil, sangat sukar bereaksi dengan unsur lain. Tidak ditemukan satu pun senyawa alami dari unsur-unsur tersebut. Unsur gas mulia terdapat di alam sebagai gas monoatomik (atom-atomnya berdiri sendiri). Menurut para ahli, hal itu disebabkan kulit terluarnya yang sudah terisi penuh. Kulit terluar yang terisi penuh menjadikan unsur tidak reaktif. Namun demikian, kripton, xenon, dan radon ternyata dapat “dipaksa” bereaksi dengan beberapa unsur, sedangkan helium, neon, dan argon hingga sekarang belum berhasil direaksikan. Gas mulia mempunyai titik cair dan titik didih yang sangat rendah; titik didihnya hanya beberapa derajat di atas titik lelehnya.[28]
Heliumterdapat dalam mineral radioaktif. Gas ini aslinya terdiri seluruhnya atas peluruhan isotop uranium atau thorium yang memancarkan partikel . Inti helium inimenerima elektron dari unsur sekitarnya, mengoksidasinya, dan bila batuannya cukup “impermeable”, helium tetap diperangkap.
Gas Radon, yang semua isotopnya radioaktif dengan waktu paruh pendek, dicirikan dalam rangkaian peluruhan dari uranium dan thorium. Na, Ar, Kr, dan Xe diperoleh dengan fraksionasi udara cair. Kegunaan utama He adalah sebagai cairan dalam krioskopi. Argon dapat digunakan untuk menyediakan suatu lingkungan yang inert dalam peralatan laboratorium, dalam pengelasan, dalam lampu listrik yang diisi gas. Neon digunakan untuk tabung sinar pemutusan muatan.[29]


9.      Unsur-Unsur Transisi
Unsur-unsur transisi adalah unsur-unsur yang terdapat di bagian tengah sistem periodik, yaitu unsur-unsur golongan tambahan (golongan B atau golongan IB, IIB, IIIB, IVB, VB, VIB, VIIB, dan VIIIB).
Unsur-unsur transisi mempunyai sifat-sifat khas yang membedakannya dari Unsur golongan utama, diantaranya adalah:
a.       Semua unsur transisi tergolong logam,
b.      Mempunyai kekerasan, titik leleh, dan titik didih yang relatif tinggi,
c.       Banyak diantaranya membentuk senyawa-senyawa berwarna.[30]
Jadi, unsur transisi disebut dengan unsur Sc sampai Zn atau unsur blok d.[31]

 Dari pembahasan yang dipresentasikan di atas dapat disimpulkan bahwaOrang pertama yang menyusun tabel periodik unsur adalah johan W. Dobereiner. Susunannya didasarkan pada massa atom yang didasarkan pada teori atom Dalton. Selain itu, perkembangan sistem periodik unsur ini diikuti oleh cara perkembangannya yang terdiri dari sistem Dobreiner, Mendeleyev, dan hukum Oktaf Newland. Tabel periodik unsur ini ditemukan dengan berbagai macam unsur karena adanya berbagai sifat-sifat yang terkandung dalam periodik unsur, sekaligus tabel periodik unsur terdiri dari golongan utama maupun golongan transisi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar